Halaman


Rabu, 09 Desember 2015

Cara mengatasi Gigi Sensitif

Sebenarnya terdapat cukup banyak penyebab cara mengatasi gigi sensitif yang dapat kita ketahui dengan mudah pada saat ini melalui berbagai media, baik melalui media online ataupun melalui media offline. Dan hingga saat ini tentunya tidak sedikit juga orang yang kurang memperhatikan dan juga memperdulikan hal tersebut sekalipun mereka sudah merasakan gejalanya, hal tersebut tentu saja karena minimnya informasi yang dimiliki mengenai kesehatan pada gigi dan juga gusi. Tentunya siapa yang ingin memiliki permasalahan seperti gigi sensitif, karena permasalahan pada gigitersebut akan membuat siapapun merasakan tidak nyaman ketika mereka harus mengkonsumsi beberapa jenis makanan ataupun minuman tertentu.

Description: Penyebab Cara Mengatasi Gigi Sensitif

Jika ada penyebab maka tentunya akan terdapat juga cara mengatasi sebuah permasalahan, dan hal tersebut juga tentunya tidak terkecuali pada permasalahan gigi dan juga gusi, dan bagi anda yang ingin mengetahuinya, maka di bawah ini adalah beberapa penyebab cara mengatasi gigi sensitif yang dapat kita ketahui bersama.

Penyebab gigi sensitif – Penyebab gigi sensitif yang pertama adalah karena penggunaan pembersih mulut cair yang berlebihan. Menggunakan moutwash memang sangat membantu dalam membersihkan mulut, namun jika dalam intensitas yang sering dan penggunaan dalam jangka waktu yang lama maka memang dapat membuat gigi menjadi lebih sensitif. Selain itu, kerap mengkonsumsi makanan yag memiliki rasa terlalu asam juga dapat membuat gigi menjadi lebih sensitif, karena kandungan asam yang tinggi dapat mengikis lapisan email pada gigi dan membuat gigi menjadi lebih sensitif. Adapun beberapa penyebab lainnya yang dapat diketahui seperti karena pembusukan gigi, penyusutan gusi, hingga menyikat gigi terlalu keras.

Cara mengatasi gigi sensitif – Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan sikat gigi dengan bulu yang lebih halus dan juga lembut, selain itu gunakan juga pasta gigi yang memang khusus untuk gigi sensitif. Lakukan sikat gigi dan pembersihan mulut secara rutin dan juga teratur setiap harinya, selain itu, perhatikan juga berbagai makanan yang dikonsumsi dalam keseharian serta hindari juga mengkonsumsi makanan yang terlalu dingin ataupun panas.

Demikian di atas tadi adalah sedikit ulasan mengenai penyebab cara mengatasi gigi sensitif yang telah kita ketahui bersama, semoga sedikit ulasan di atas dapat membantu serta dapat menjadi sebuah informasi yang dapat bermanfaat untuk anda semuanya.





Rabu, 02 Desember 2015

Meningkatkan Kesehatan Dengan Musik

Artikel Kesehatan – Meningkatkan Kesehatan dengan Musik


Mendengarkan musik bukanlah sekedar hiburan semata. Tanpa Anda sadari, alunan musik sebenarnya telah memberikan perubahan suasana hati dan bahkan membantu Anda untuk berkonsentrasi.

Sebuah studi menunjukkan, mendengarkan lagu dapat memberikan efek pada beberapa bagian otak, yang bertanggung jawab terkait memori dan pengelihatan.

“Sebagai contoh, sebuah penelitian terbaru di Kanada menunjukkan bahwa ada hubungan kausal antara musik dan bagian inti dari otak yang bereaksi terhadap rangsangan (makanan, cahaya, seks),” kata Dr Victoria Williamson, dosen psikologi dari Goldsmith College London.

Lantas apa saja manfaat kesehatan yang bisa Anda dapat dengan mendengarkan musik?

1. Meningkatkan suasana hati (Mood)
Reaksi orang ketika mendengarkan musik umumnya berbeda-beda. Tetapi, apapun pilihan musik Anda, sebuah penelitian 2011 di Kanada, yang diterbitkan jurnalNature Neuroscience menunjukkan bahwa mendengar musik favorit Anda dapat membantu mencairkan suasana hati yang buruk.

Penelitian di McGill University Montreal menunjukkan bahwa mendengarkan musik dapat memicu pelepasan hormon dopamin.

“Otak sangat rumit – ada banyak unsur yang terlibat dalam menciptakan perasaan senang – tidak mengherankan jika ada penelitian yang menunjukkan bahwa pelepasan dopamin berhubungan dengan perasaan senang,” kata Bridget O’Connell, kepala informasi dari Mental Health Charity Mind.

2. Fokus
Ini memang sedikit aneh, tetapi bukti menunjukkan bahwa mendenggarkan musik dapat membantu Anda untuk berkonsentrasi. Sebuah alat ‘digital tonic’ yang biasa disebut Ubrain, mengklaim dapat membantu pikiran fokus serta rileks.

Aplikasi ini didasarkan pada binaural beats (yang dapat merangsang aktivitas tertentu di otak) sehingga membantu Anda untuk meningkatkan energi, pikiran dan meningkatkan mood saat mendengarkan musik favorit.

“Dengan membantu korteks otak menghasilkan gelombang tertentu, kita dapat menginduksi beberapa bagian pada otak tetap terjaga, tergantung pada tujuan yang ingin kita lakukan,” jelas Paris psikolog klinis dari Brigitte Forgeot.

3. Tingkatkan daya tahan tubuh
Mendengarkan musik tertentu sebenarnya bisa membantu Anda berlari lebih cepat. Sebuah studi di Brunel University, London Barat telah menunjukkan bahwa musik dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh sebesar 15 persen, meningkatkan semangat dan efisiensi energi 1-2 persen.

Sebaiknya, pilihlah lagu yang sesuai dengan tempo olahraga Anda. Mendengarkan musik sambil olahraga akan memberikan efek metronomik pada tubuh, sehingga memungkinkan Anda untuk berolahraga lebih lama.

4. Kesehatan mental lebih baik
Musik dapat menjadi pengobatan yang efektif dan positif bagi orang-orang berurusan dengan kondisi kesehatan mental.

“Ada dua cara berbeda yang digunakan dalam terapi musik: baik sebagai sarana komunikasi dan ekspresi diri atau untuk kualitas inheren restoratif atau penyembuhan,” kata Bridget O’Connell.

5. Redakan stres
Riset tahun 2011 dari lembaga sosial kesehatan mental menunjukkan, hampir sepertiga orang mendengarkan musik untuk memberikan semangat ketika sedang bekerja. Dan satu dari empat orang mengaku bahwa mereka mendengarkan musik saat perjalanan ke tempat kerja untuk membantu mengatasi stres.

6. Perawatan pasien
Musik benar-benar dapat memiliki dampak positif yang signifikan pada pasien dengan penyakit jangka panjang, seperti penyakit jantung, kanker dan kondisi pernapasan.


Read more: http://www.artikelbagus.com/2012/01/meningkatkan-kesehatan-dengan-musik.html#ixzz3tAx5pSdu

ELIMINASI ALVI

BAB I
PENDAHULUAN
   A.    Latar Belakang
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup. Dikatakan makhluk hidup karena manusia memiliki ciri-ciri: dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan makan, dan mengeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi). Setiap kegiatan yang di lakukan oleh tubuh dikarenakan peranan masing-masing organ tersebut.
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi urine, konstipasi, diare dan kembung. Selain berbagai macam yang telah disebutkan diatas akan menimbulkan dampak pada sistem organ lainnya seperti: sistem pencernaan, ekskresi, diare dll.
Diare terjadi karena adanya iritasi pada selaput dinding usus besar atau kolon. Feses penderita diare berbentuk encer. Penyebabnya adalah penderita memakan makanan yang mengandung bakteri atau kuman. Akibatnya gerakan peristaltik dalam usus tidak terkontrol. Sehingga, laju makanan meningkat dan usus tidak dapat menyerap air. Namun, apabila feses yang dikeluarkan bercampur dengan darah dan nanah, kemudian perut terasa mulas, gejala tersebut menunjuk pada penyakit desentri. Dampak diare Dehidrasi Berat, Kehilangan cairan 8 - 10 % , Dehidrasi Sedang, Kehilangan cairan 5 – 8 % , Dehidrasi ringan, Kehilangan cairan 2 – 5 persen.



  B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Apa definisi kebutuhan eliminasi alvi ?
2.      Apa saja sistem tubuh yang berperan dalam eliminasi alvi ?
3.      Apa saja masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi alvi ?
4.      Bagaimana proses defekasi ?
5.      Apa faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi ?
6.      Bagaimana proses keperawatan pada masalah-masalah kebutuhan eliminasi alvi ?


  C.    Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan eliminasi alvi.
2.      Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam eliminasi alvi.
3.      Untuk mengetahui apa saja masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi alvi.
4.      Untuk mengetahui bagaimana proses defekasi.
5.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi.
6.      Untuk mengetahui bagaimana proses keperawatan pada masalah-masalah kebutuhan eliminasi alvi.



  
  D.    Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan.
1.      Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang eliminasi alvi.
2.      Pembaca, sebagai media informasi tentang eliminasi alvi.



  E.     Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan konprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik.




BAB II
PEMBAHASAN
  A.    Tinjauan Pustaka
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses), pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan dalam pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari mulut sampai anus.


  B.     Pembahasan Materi
1.         Pengertian Eliminasi Alvi
Eliminasi alvi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.
Pengertian eliminasi alvi menurut beberapa ahli:
1.      A. Aziz (2008)
Eliminasi alvi (buang air besar) merupakan proses pengosongan usus. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk buang air besar yang terletak di medulla dan sumsum tulang belakang.

2.      Tarwoto dan Wartonah (2004)
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.


2.         Sistem tubuh yang berperan dalam sistem eliminasi alvi
1. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak diantara lambung dan usus besar. Bagian-bagian dari usus halus yaitu; duodenum (usus dua belas jari), jejunum (usus kosong), ileum (usus penyerapan).
2. Duodenum (usus dua belas jari)
Usus dua belas jari adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong dengan panjang antara 25-38 cm. Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus.
3. Jejunum (usus kosong)
Usus kosong adalah bagian kedua dari usus halus, diantara usus dua belas jari dan usus penyerapan. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong.
4. Ileum (usus penyerapan)
Usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ini memiliki panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum dan dilanjutkan oleh usus  buntu.
5. Usus Besar
Usus besar adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dan feses. Bagian-bagian dari usus besar yaitu; kolon, rektum, dan anus.
6. Kolon
Kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
7. Rektum
Rektum adalah organ terakhir dari usus besar. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sementara.
8. Anus
Anus atau dubur adalah sebuah bukaan dari rektum  ke lingkungan luar tubuh.

3.         Masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi alvi
1.    Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit, yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran faeces yang sulit’ keras dan mengedan. BAB keras dapat menyebabkan nyeri rectum. Kondisi ini terjadi karena faces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap. Frekuensi BAB masing-masing orang berbeda. Jika kurang dari 2 kali BAB setiap minggu, maka perlu pengkajian. Penyebab terjadinya konstipasi adalah:
a.         Kebiasaan defekasi yang tidak teratur
b.        Klien memproduksi diet rendah serat dalam bentuk lemak hewan
c.         Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga
d.        Pemakaian laksatif yang berat
e.         Obat penenang, opiate, antikolinergik, zat besi yang menyebabkan konstipasi
f.         Pada lansia mengalami perlambatan peristaltic
g.        Konstipasi juga disebabkan oleh kelainan saluran GI
h.    Kondisi neurologis yang menghambat impuls saraf ke kolon
i.     Penyakit organic, seperti hipokalsemia


2.    Impaction
         Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak berakhir sehingga, tumpukan faces yang keras di rectum tidak dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan faces sampai pada kolon sigmoid.
         Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras dan mengendap di rectum dan tidak dapat dikeluarkan. Impaksi feses diakibatkan doleh konstipasi yang tidak diatasi. Klien yang mengalami kebingumgan, kelemahan, atau tidak sadar berisiko mengalami impaksi. Apabila feses diare keluar secara mendadak dan continue dicurigai berisiko impaksi. Kehilangan nafsu makan (anoreksia), distensi, dank ram abdomen serta nyeri di rectum dapat menyertai kondisi impaksi.
         Penyebab: pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang, pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi. Tanda: tidak BAB, anoreksia, kembung/kram, nyeri rectum. Pengkajian dengan meraba rectum dengan hati-hati, dan harus dengan “standing order” dari dokter, karena dapat menimbulkan reflek vital (menurunkan denyut nadi) dan perform (terutama pada orang tua dengan tumor di kolom).

3.    Diare
         Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolom merupakan fakta tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB. Pada diare, elektrolit dan kulit terganggu, terutama pada bayi dan orang tua. Kondisi yang menyebabkan diare, antara lain :
      a. Stress emosional
      b. Infeksi usus
      c. Alergi makanan
      d. Intoleransi makanan
      e. Selang pemberian makanan
      f. Obat-obat zat besi dan antibiotic
      g. Laksatif (jangka pendek)
      h. Perubahan melalui pembedahan gastrektomi
      i. Reseksi kolon

4.    Inkontinensia fecal
         Inkontinensia fecal adalah suatu keadaan di mana tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spinter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental klien sadar akan kebutuhan Bab tidak sadar secara fisik. Pakaian klien basah, menyebabkan ia menjadi terisolasi. Kebutuhan dasar klien tergantung pada perawat. Klien dengan gangguan mental dan sensori tidak sadar ia telah BAB. Perawat harus mengerti dan sabar meskipun berulang-ulang kali membereskannya. Seperti diare, inkontinensia bisa menyebabkan kerusakan kulit. Jadi perawat harus sering memeriksa perineum dan anus, apakah kering dan bersih

5.    Flatulens
         Flatulens yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distendend, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Tapi jika berlebihan yaitu kasus penggunaan penenang anastesi umum, operasi abdominal, dan immobilisasi gas pendek. Gas menumpuk menyebabkan diafragma terdorong ke atas sehingga ekspansi paru terganggu.
        
         Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus ada: pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas meta pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. dan makanan perhasil gas seperti bawang dan kembang kol.

6.    Hemoroid
         Hemoroid yaitu dilatasi, pembengkakan vena pada dinding rectum (bisa internal dan eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas dan rasa gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh klien, karena selama BAB menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya adalah konstipasi.



4.         Proses defekasi
Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yang terletak di medulla dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang untuk buang air besar, kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama defekasi berbagai otot lain membantu proses itu, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot – otot dasar pelvis.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi, yaitu refleks defekasi intrinsik dan refleks defekasi parasimpatis. Refleks defekasi intrinsik dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) di dalam rektum sehingga terjadi distensi kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu pada saat sphincter internal relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan, refleks defekasi parasintetis dimulai dari adanya proses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sphincter internal, maka terjadilah proses defekasi saat sphincter internal berelaksasi. Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu dan usus kecil.




5.         Faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi
1.  Usia
            Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda. Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol defekasi menurun.
2.  Diet
            Diet pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi. Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
3.  Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi. Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.

4.  Aktivitas
            Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tinus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi. 
5.  Pengobatan
            Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, seperti  penggunaan laksantif, atau antasida yang terlalu sering.
6.  Kebiasaan atau Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau terbiasa melakukan buang air besar di tempat bersih atau toilet, jika seseorang terbiasa buang air besar di tempat yang kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
7.   Penyakit 
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit – penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
8.   Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keinginan untuk defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.
9.   Kerusakan Sensoris dan Motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.
10. Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan diare.
11. Prosedur diagnostic
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.
12. Anestesi dan pembedahan
Anestesi unium dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung 24-48 jam.
13. Posisi selama defekasi
Posisi jongkok merupakan posisis yang normal saat melakukan defekasi. Toilet modern dirancang untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu untuk duduk tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan intra abdomen dan mengeluarkan kontraksi otot-otot pahanya.



6.    Proses Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Eliminasi Alvi
1. Pengkajian.
a. Pola defekasi dan keluhan selama defekasi.
b. Keadaan feses, 
c. Faktor yang memengaruhi eliminasi alvi.
d. Pemeriksaan fisik.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi berhubugan dengan : penurunan respons berdefekasi, defek persyarafan, kelemahan pelvis, imobilitas akibat cedera medulla spinalis, dan CVA.
b.  Konstipasi kolonik berhubunga dengan : penurunan laju metabolisme akibat hipotiroidime atau hipertiroidisme.
c. Konstipasi dirasakan berhubungan degan : penilaian salah akibat penyimpangan susunan syaraf pusat, depresi, kelainan obsesif kompulsif dan kurangnya informasi akibat keyakinan budaya.
d. Diare berhubugan dengan : peningkatan peristaltik akibat peningkatan metabolisme  stres psikologis.
e. Ikontinensia usus berhubungan dengan : gagguan sfigter rectal akibat cedera rectum atau tindakan pembedahan,distensi rectum akibat konstipasi kronis.
f.  Kurangnya volume berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare).

3. Perencanaan atau intervesi keperawatan.
Tujuan :
a. Memahami arti eliminasi secara normal.
b. Mempertahankan asupa makanan dan minuman cukup.
c. Membantu latihan secara teratur.
d. Mempertahankan kebiasaan defekasi secara teratur .
e. Mempertahankan defekasi secara normal.
f. Mencegah gagguan integritas kulit.
Rencana Tindakan :
a. Kaji perubahan faktor yang memengaruhi masalah eliminasi alvi.
b. Kurangi faktor yang  memengaruhi terjadinya masalah seperti :
1) Konstipasi secara umum :
• Membiasakan pasien untuk buang air secara teratur, misalnya pergi ke kamar mandi satu jam setelah makan pagidan tinggal di sana sampai ada keinginan untuk buang air.
• Meningkatkan asupan cairan dengan banyak  minum.
• Diet yanag seimbang dan makan bahan makanan yang banyak mengandung serat.
• Melakukan latihan fisik, misalya melatih otot perut
• Mengatur  posisi yang baik untuk buang air besar,sebaiknya posisi duduk dengan lutut melentur agar otot punggung dan perut dapat membantu prosesnya.
• Anjurkan agar tidak memaksakan diri dalam buang besar.
• Berikan obat laksantif, misalnya Dulcolax atau jenis obat supositoria.
• Lakukan enema (huknah).
2) Konstipasi akibat nyeri :
• Tingkatkan asupan cairan.Diet tinggi serat.
• Tingkatkan latihan setiap hari .
• Berikan pelumas di sekitar anus untuk mengurangi nyeri.
• Kompres dingin sekitar anus untuk mengurangi rasa gatal.
• Rendam duduk atau mandi di bak dengan air hangat (43-46 derajat celcius,selama 15menit) jika nyeri hebat.
• Berikan pelunak feses.Cegah duduk lama apabila hemoroid, dengan cara berdiri tiap 1 jam kurang lebih 5-10 menit untuk menurunkan tekanan .
3) Konstipasi kolonik akibat perubahan gaya hidup.
• Beriksn stimulus untuk defekasi, seperti mium kopi atau jus.Bantu pasien untuk menggunakan pispot bila memungkinkan .
• Gunakan kamar mandi daripada pispot bila memungkinkan.
• Ajarkan latihan fisik dengan memberikan ambulasi, latihan rentang gerak, dan lain-lain.
• Tingkatkan diet tinggi serat seperti buah dan sayuran.
4) Inkontinensia Usus.
• Pada waktu tertentu , setiap 2 atau 3 jam, letakkan pot di bawah pasien.
• Berikan latihan buang air besar dan anjurkan pasien untuk selalu berusaha latihan.
• Kalau inkontinensia hebat, diperlukan adanya pakaian dalam yang lembab, supaya pasien dan sprei tidak begitu kotor.
• Pakai laken yang dapat dibuang dan menyenangkan untuk dipakai. Untuk mengurangi rasa malu pasien, perlu didukung semangat pengertian perawatan khusus.
5) Jelaskan mengenai eliminasi yang normal kepada pasien.
6) Pertahankan asupan makanan dan minuman.
7) Bantu defekasi secara manual.
8) Bantu latihan buang air besar, dengan cara :
• Kaji pola eliminasi normal dan cacat waktu ketika inkontinensia terjadi.
• Pilih waktudefekasi untuk mengukur kontrolnya.
• Berikan obat pelunak feses (oral) setiap hari atau katartik supositoria setengah jam sebelum waktu defekasi ditentukan.
• Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau jus buah sebelum waktu defekasi.
• Bantu pasien ke toilet ( program ini kurang efektif jika pasien menggunakan pispot ).
• Jaga privasi pasien dan batasi waktu defekasi ( 15-20 menit).
• Intruksikan pasien untuk duduk di toilet, gunakan tangan untuk menekan perut terus ke bawah dan jangan mengedan untuk merangsang pengeluaran feses.
• Jangan dimarahi ketika pasien tidak mampu defesika.
• Anjurkan makan secara teratur dengan asupan air anserat yangadekuat.
• Pertahankan latihan secara teratur jika fisik pasien mampu.

4.  Tindakan Keperawatan
a. Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan).
b. Memberikan Huknah Rendah
Memberikan huknah rendah merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon desensen dengan menggunakan kanula rekti melalui anus. Tindakan tersebut bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak pasca operasi dan merangsang buang air besar pada pasien yang mengalami kesulitan buang air besar.
c. Memberikan Huknah Tinggi
Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon asenden dengan menggunakan kanula usus. Hal tersebut dilakukan untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah untuk prosedur diagnostik.
d. Membantu Pasien Buang Air Besar dengan Pispot
Membantu pasien buang air besar dengan pispot ditempat tidur merupakan tindakan bagi pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri di kamar mandi.
e. Memberikan Gliserin
Memberikan gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin. Hal ini dilakukan untuk merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar.



f. Mengeluarkan Feses dengan Jari
 Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakan memasukkan jari ke dalam rektum pasien untuk mengambil atau menghancurkan feses sekaligus mengeluarkannya.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan eliminasi alvi dapat dinilai dengan adanya kemampuan dalam:
a. Memahami cara eliminasi yang normal.
b. Mempertahankan asupan makanan dan minuman cukup yang dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam merencanakan pola makan,seperti makan dengan tinggi atau rendah serat ( tergantung dari tendensi diare atau konstipasi serta mampu minum 2000-3000 ml).
c. Melakukan latihan secara teratur ,seperti rentang gerak atau aktivitas lain (jalan, berdiri, dan lain-lain).
d. Mempertahankan rasa nyaman yang ditunjukkan dengan kemampuan pasien dalam mengontrol defekasi tanpa bantuan obat atau enema,berpartisipasi dalam program latihan secara teatur.
e. Mempertahankan nyaman yang ditunjukkan dengan kenyamanan dalam kemampuan defekasi, tidak terjadi bleeding,tidak terjadi inflamasi, dan lain-lain.
f. Mempertahankan  integritas kulit yang ditunjukkan dengan keringnya area perianal, tidak ada inflamasi atau ekskoriasi, keringnya kulit sekitar stoma, dan lain-lain.




BAB III
PENUTUP

  1.  Kesimpulan
Eleminasi Alvi adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Anatomi fisiologi saluran pencernaan bawah yaitu Usus Halus terdiri atas tiga bagian (duodenum, jejenum, dan ileum) dan Usus Besar meliputi (sekum, apendiks, kolon (asendens, tranversus, desendens, sigmoid), rectum, dan anus). Masalah-masalah Eliminasi Alvi terdiri dari konstipasi, konstipasi kolonik, konstipasi dirasakan, diare, ikontinensia usus, kembung, hemorrhoid, fecal implaction.

  1. Saran
Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi alvi dalam kehidupan sehari-hari dan menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya alvi.